PUISI


Monolog

















Aku terdiam  
ketika jemari ini mulai mengetikkan kata
membentuk sebuah kalimat tanpa arti
juga tanpa cerita bermakna


ini kisah macam apa pikirku ?
mengalur bebas tanpa arah
menempuh jalan tanpa tujuan
berlari mengejar imajinasi yang tak pasti


ketika dilema mulai menyamarkan inspirasi
tercipta pertempuran dialog dalam hati
dan ini pun bukan sebuah konspirasi
merangkak kritis menggapai mimpi


dan keresahan ini mulai mencari aksi
menimpali monolog yang mengisi
merekam tragedi  tanpa akhir
mengusik alami takdir diri





Kata Malaikat


Kata malaikat..
Malam ini aku boleh menangis
menangis hingga tetesan air mata terakhir
Tatapan mata ini mulai kosong,
berjalan dalam ruang waktu
Dalam kesedihan..
Sebuah kesalahan yang tidak mudah dimengerti,
oleh sejuta kata dan makna
Maka mulailah pahami

Kata malaikat..
Menangis adalah panasea,
untuk sebuah elegi patah hati
Nyata berani berbicara,
konfliknya hanya bergejolak didiriku..
Aku bertanya,
"dimana lawan?"
Dalam kesendirian..
malaikat menjawab,
"Coba terka dengan hati!"




Hujan dan Aku



Menatap jauh, pada gelepak aspal jalanan kota
Merasakan bekas luka, sehari sebelum hari ini
Aku pun mulai berjalan menyusuri kota disepanjang malam yang hujan
menanti pagi hingga matahari mampu menghangatkan dunia


Saat mereka berlarian,
seperti ombak yang berkejar-kejaran,
Aku masih mampu berjalan di guyur hujan bulan September.
di iringinya suara ramai
di iringi gemercik rintik hujan
hingga tampak mampu meredakan tangisku




 


Nyataku berjalan, tapi mayaku berlari dan bersembunyi.
Rangkaian kata ini hanya sebuah naskah..
tanpa irama
tanpa tarian
Sepertiku yang pernah menunggunya,
tanpa harapan
Akhirnya semua tiba pada waktunya,
tanpa harus berkata
Kita berakhir, sebelum dimulai .

0 comments:

Post a Comment